Selasa, 25 Mei 2010

AKIDAH DAN TAUHID

Pengertian Akidah

Akidah secara bahasa artinya ikatan. Sedangkan secara istilah akidah artinya keyakinan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu. Dalam pengertian agama maka pengertian akidah adalah kandungan rukun iman, yaitu:

  1. Beriman dengan Allah
  2. Beriman dengan para malaikat
  3. Beriman dengan kitab-kitab-Nya
  4. Beriman dengan para Rasul-Nya
  5. Beriman dengan hari akhir
  6. Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk

Sehingga akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang (lihat At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali hal. 9, Mujmal Ushul hal. 5).

Kedudukan Akidah yang Benar

Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)

Allah ta’ala juga berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)

Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya.

Hal ini telah diberitakan oleh Allah di dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang menyerukan ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)’” (QS. An Nahl: 36)

Bahkan setiap Rasul mengajak kepada kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian selain Dia.” (lihat QS. Al A’raaf: 59, 65, 73 dan 85). Inilah seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh Nabi-Nabi kepada kaum mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (mengesakan Allah dalam beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ’Aali, hal. 9-10).

Sebab-Sebab Penyimpangan dari Akidah yang Benar

Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pernah kita dengar ada remaja atau pemuda yang gantung diri gara-gara diputus pacarnya.

Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi. Jadilah mereka budak-budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid pun sepi seolah-olah kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya umat Islam. Alangkah memprihatinkan, wallaahul musta’aan (disadur dari At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12).

Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. Di antara penyebab itu adalah:

  1. Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar. Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar. Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”
  2. Ta’ashshub (fanatik) kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Allah di dalam ayat-Nya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian!’ Mereka justru mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Allah katakan) Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?” (QS. Al Baqarah: 170)
  3. Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil). Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang menimpa sekian banyak kelompok-kelompok sempalan seperti kaum Jahmiyah, Mu’tazilah dan lain sebagainya. Mereka mengikuti saja perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat. Maka mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah yang benar.
  4. Berlebih-lebihan dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh. Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Allah yang mengetahuinya. Ada juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap Allah sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu sebagai perantara. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR. Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi ?
  5. Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah. Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat. Sampai-sampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka. Mereka menyangka kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampai-sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka. Mereka lupa akan kekuasaan dan keluasan ilmu Allah yang telah menciptakan mereka dan memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di hadapan manusia, “Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya karena pengetahuan yang kumiliki.” (QS. Al Qashash: 78). Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Ta’ala. Allah berfirman yang artinya, “Allah lah yang menciptakan kamu dan perbuatanmu.” (QS. Ash Shaffaat: 96)
  6. Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar. Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari). Kita dapatkan anak-anak telah besar di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an, merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.
  7. Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting yang mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitas-fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang mereka suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran untuk menanamkan akidah yang benar. Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan maupun tayangan yang merusak. Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits menuruti kemauan berpikir mereka. Mereka mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam dari dalam. (disadur dengan penambahan dari At Tauhid li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12-13).

Sifat-sifat yang wajib bagi Allah

Sebagai jalan yang dapat membantu kita untuk memperkukuhkan keyakinan kepada allah, hendaklah kita mengetahui sifat-sifatNya , dan mengetahui Sifat-Sifat Allah itu ialah Fardhu Ain bagi setiap mukallaf lelaki mahupun perempuan.

Adapun kaidah mengetahui sifat-sifat Allah itu terbagi kepada dua bagian .

A. Mengetahui sifat-sifat Allah secara Ijmali (ringkas) , yaitu bahawa seseorang itu mengiktikadkan dengan teguh di dalam hatinya , bahawasayanya wajib bagi Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan yang layak dengan keagunganNya , serta mengiktikadkan bahawa mustahil bagi Allah bersifat dengan sifat-sifat kekurangan.

B. Mengetahui sifat-sifat Allah dengan secara tafsili ( lengkap dan terperinci ) , iaitu bahawa seseorang itu beriktikad dengan iktikad yang teguh dengan dalil-dalil akal dan dalil naqli . Bahawasanya wajib bagi Allah bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan dan mustahil Dia bersifat dengan sifat sifat kekurangan.

Dalam hal ini dikehendaki tiga perkara .

a) Iktikad itu hendaklah teguh , tidak bercampur syak atau ragu-ragu. Bilamana iktikad kita masih disertai syak, zhan dan waham, maka tidaklah dapat dikatakan iktikad itu suatu yang betul.

b) Iktikad itu hendaklah bersesuaian dengan iktikad ahlu’l sunnah wa’l jamaah , kerana inilah iktikad yang sesuai. Bilamana ia tidak seperti demikian , atau menyerupai iktikad Yahudi dan Nasrani, maka tiadalah ia dinmkan iktikad yang betul.

c) Iktikad itu hendaklah disokong oleh dalil , sekalipun hanya dengan dalil ijmali ( ringkasan). Apabila iktikad kita tidak disertai dengan dalil , maka iktikad itu disebut sebagai iktikad taklid. Sedangkan iktikad atau keyakinan yang tidak teguh dan tidak sesuai dengan iktikad ahlu’l sunnah wa’l jamaah , para ulama telah sepakat mengatakan bahawa iktikad itu adalah iktikad kafir , manakala taklid tidak dihukumkan kafir.

Perbahasan berkenaan taqlid

Dalam kedudukan iman taqlid ini , terdapat perbezaan pendapat di kalangan ulama’ tauhid . Pendapat yang lebih kuat daripadaNya , mengatakan , mengatakan bahawa orang-orang yang taqlid itu dihukumkan sebagai seorang mukmin yang derhaka , sekiranya seseorang itu mampu untuk mengemukakan dalil-dalil dengan belajar, tetapi dia tidak berbuat demikian , yakni tidak mahu lagi menambah ilmu pengetahuannya dalam masalah akidah ini.

Sebaliknya , seandainya seseorang itu telah berusaha menuntut ilmu, namun dia tidak kuasa juga menemukan dalil-dalil , baik dalil aqli, mahupun dalil naqli, maka tidaklah dia dihukumkan seorang mukmin yang derhaka.

Sifat sifat yang wajib , mustahil dan harus bagi Allah

Sifat-sifat yang wajib 20 serta mustahil 20 bagi Allah iaitu

1. Wujud ertinya : Ada , dan mustahil bagiNya bersifat tiada

2. Qidam ertinya : dahulu atau sedia . Mustahil bagiNya bersifat ‘ baharu’

3. Baqa’ ertinya : kekal . Mustahil bagiNya bersifat “ Fana” atau “sementara”

4. Muhkalafafuhi Li’l Hawaditsi , ertinya :Berlainan Ia dengan segala yang baharu. Dan mustahil bagiNya bersifat “sama dengan segala yang baharu”.

5. Qiyamuhu Bi Nafsihi , ertinya :Berdiri Ia dengan sendirinya. Dan mustahil bagi Allah “ berdiri dengan lainNya”

6. Wahdaniyah , ertinya :Maha Esa . Dan mustahil bagi Allah bersifat “ berbilang”.

7. Qudrat , ertinya :Maha Kuasa . Dan mustahil baginya bersifat “ lemah”

8. Iradat , ertinya : Maha menentukan . Dan mustahil bagiNya bersifat “ terpaksa “.

9. Ilmu,ertinya :Maha mengetahui . Dan mustahil bagi Allah bersifat “ jahil” atau “ bodoh”.

10. Hayat , ertinya :Maha Hidup. Dan mustahil bagi Allah bersifat “ mati”.

11. Sama’ , ertinya : Maha mendengar . Dan mustahil bagiNya bersifat “ pekak”.

12. Bashar , ertinya :Maha melihat . Dan mustahil bagiNya bersifat “ buta”.

13. Kalam , ertinya :Maha Berkata-kata . Dan mustahil bagiNYa bersifat “ Bisu “.

14. Kaunuhu Qadirun ertinya : Keadaan Allah yang Maha Berkuasa . Dan mustahil baginya

berkeadaan “ lemah”

15. Kaunuhu Muridun , ertinya : Keadaan Allah Yang Maha Menentukan . Dan mustahil

bagiNya berkeadaan “ terpaksa “.

16. Kaunuhu ‘alimun , ertinya : keadaan Allah Yang Maha Mengetahui . Dan mustahil bagi

Allah berkeadaan “ bodoh”.

17. Kaunuhu Hayyun , ertinya : Keadaan Allah yang Maha Hidup. Dan mustahil bagiNya berkeadaan “ Mati”.

18. Kaunuhu sami’un , ertinya : Keadaan Allah Yang Maha Melihat . Dan mustahil bagiNya berkeadaan “buta”

19. Kaunuhu Bashirun , ertinya : Keadaan Allah Yang Maha Melihat . Dan mustahil bagi Allah berkeadaan “ buta “.

20. Kaunuhu Mutakalimun , ertinya: Keadaan Allah yang Maha Berkata-kata. Dan mustahil bagiNya berkeadaan “ Bisu”.

Sifat yang harus bagi Allah

Mujidu’/ Mumkinat, ertinya : Menciptakan segala yang mumkin ( iaitu apa yang ada di alam ini).

Tauhid

Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Kedudukan Tauhid dalam Islam

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.

Dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)

"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)

Perkataan Ulama tentang Tauhid

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid'ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4)

Pembagian Tauhid

Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu"

Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bangiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya.

Asma wa Sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.

Tidak ada Tauhid Mulkiyah

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]

Konflik dan Pengendalian Sosial

A.Konflik Sosial

1.Pengertian Konflik Sosial

Perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat menunjukan kemajemukan masyarakat Indonesia yang dapat menimbulkan masalah. Masalah utama yang harus segera bias dijawab adalah bagaimna masyarakat yang majemuk ini dapat menimbulkan integrasi?
Berbagai perbedaan diferensiasi social di masyarakat kita adalah dalam hal budaya, agama, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Potensi terbesar yang dapat menimbulkan konflik dipengaruhi juga perasaan etnosentris yang berlebihan terhadap suku dan kebudayaaannya.
Konflik dapat diartikan sebuah proses social individu atau kelompok masyarakat social tertentu sebagai akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangt mendasar sehingga menimbulkan kesenjangan di antara orang-orang yang bertikai.

2.Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan konflik social adalah sebagai berikut :

a. Perbedaaan individu
Perbedaan pendirian dan perasaan antara individu satu dan individu yang lain mungkin akan melahirkan bentrokan di antara mereka.
b. Perbedaan di antara mereka
Perbedaan kepentingan kebudayaan menyebebkan perbedaan kepribadian antara individu satu dan individu yang lainnya.
c. Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan dapat terjadi antar individu maupun kelompok. Wujud perbedaan kepentingan di masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan social.
d. Perubahan social
Perubahan social yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan dalam masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya perpecahan social (disorganisasi social) dalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, sebab-sebab terjadinya konflik adalah :

a. perbedaan antara individu karena perasaan, pendirian, dan pendapat;
b. bentrokan kepentingan, baik ekonomi maupun politik;
c. perubahan social dalam masyarakat yang dapat mengubah nilai sosial.



3.Bentuk-bentuk Konflik atau Pertentangan

Beberapa bentuk konflik atau pertentangan adalah sebagai berikut :
a. Pertentangan pribadi
Pertentangan pribadi artinya pertentangan yang terjadi antara dua orang.
b. Pertentangan rasial
Pertentangan rasial terjadi antara ras satu dan ras yang lain
c. Pertentangan antar kelas social
Pertentangan antar kelas social terjadi antara kelas yang satu dan kelas yang lain dalam masyarakat, dan pada umumnya disebabkan perbedaan kepentingan.
d. Pertentangan politik
Pertentangan politik menyangkut kelompok-kelompok dalam suatu negara atau masyarakat yang berdaulat.
e. Pertentangan internasional
Pertentangan internasional terjadi antarnegara yang disebabkan perbedaan kepentingan.

4.Macam-macam Konflik

Konflik terdiri atas :
a. konflik antar atau dalam peranan sosial, misalnya antara peran dalm keluarga dan profesi;
b. konflik antara kelompok-kelompok sosial;
c. konflik antara kelompok yang terorganisasi dan kelompok yang tidak terorganisasi;
d. konflik antara satuan nasional;
e. konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional.

5.Akibat-akibat Konflik

Ada beberapa akibat yang ditimbulkan dengan adanya konflik social, yaitu :
a. bertambah kuatnya rasa solidaritas di antara sesama kelompok yang bertikai,
b. hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok,
c. adanya perubahan kepribadian seseorang individu, serta
d. hancurnya harta benda dan jatuh korban manusia.

a.Akibat konflik yang merugikan (desruktif)

Akibat konflik yang merugikan bagi masyarakat, antara lain :
1. perasaan cemas/tegang (stress) yang tidak perlu,
2. adanya perubahan kepribadian seseorang individu,
3. hancurnya harta benda dan jatuhnya korban,
4. komunikasi yang terputus,
5. munculnya persaingan yang tidak sehat,
6. ledakan konflik yang hebat sampai muncul tindakan ancaman atau kekerasan, serta
7. hancurnya kesatuan kelompok sehingga perhatian terhadap tujuan kelompok semakin berkurang.

b.Akibat konflik yang menguntungkan (konstruktif)

Akibat konflik yang menguntungkan bagi masyarakat, antara lain :

1. bertambah kuatnya rasa solidaritas antara sesame anggota kelompok yang bertikai,
2. meningkatnya inisiatif dan kreativitas individu atau kelompok karena mereka akan bekerja keras ,
3. intensitas usaha semakin meningkat dan perasaan apatis teratasi karena individu atau kelompok berusaha untuk menyesuaikan terhadap hal-hal yang baru, serta
4. surutnya ketegangan pribadi dan jika hal tersebut tidak terjadi jistru akan menimbulkan stress.

Taman Purbakala Pugung Raharjo

Taman purbakala Pugungraharjo dibatasi dengan sebelah utara desa Bojong sebelah timur Guning Sari sebelah selatan Gunung Sugih sebelah barat Gunung Pasirjaya.

Riwayat penemuan Pugungraharjo semula merupakan daerah hutan dibuka oleh warga transmigrasi pada tahun 1954, padas pembukaan waktu tersebut oleh seorang warga transmigrasi menemukan sebuah arca yang diberi nama Bodhisatwa, tempat penemuannya pada tanggal 14 Agustus 1954.

Setelah ada laporan lembaga purbakala bersama lembaga pemerintahan daerah untuk membentuk suatu penelitian pertama tahun 1969, kedua tahun 1972, ketiga tahun 1975. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pugungraharjo ada 3 ( tiga ) jaman yang berkaitan :

1. Jaman Prasejarah
2. Jaman Klasik( Sejarah )
3. Jaman Pengaruh Islam

Benda – benda yang membuktikan pada Jaman tersebut adalah :

1. Benteng Tanah
2. Punden Berundak
3. Batu Mayat
4. Komplek
5. Patung Type Polinesia

Benda yang membuktikan jaman sejarah adalah ;

1. Patung Bodhisatwa
2. Pecahan keramik yang berasal dari negeri Cina yaitu DINA SUNG JUAN dan Mind
3. Yang membentuk jaman islam yaitu Prastasi Galung lembaga yang bertuliskan huruf Arab Gundul yang isinya menyebutkan Sultan Banten dengan Lampung mengenai hukum laut atau hukum perdagangan.

Kepurbakalaan Pugungraharjo pertama ditemukan pada tahun 1957 ketika sejumlah penduduk membuka hutan dan menjumpai sebuah patung Bodhisatwa.

Arca Bodhisatwa masa Hindu / Budha klasik temuannya di Punden Berundak no: 7 ditemukan pada tanggal 14 Agustus 1957 yang menemukan bapak Kadiran, tinggi arca tersebut 93 cm dan berdiameter 61 cm Dharmacaraka Mudra.

Taman purbakala Pugungraharjo merupakan peninggalan nenek moyang yang sampai kepada kita. Peninggalan ini berasal dari tradisi Megalitik dan Klasik.
Tradisi Megalitik adalah merupakan jenis kebudayaan zaman prasejarah dimana nenek moyang kita belum mengenal tulisan. Ciri – ciri dari tradisi megalitik diwakili denga alat-alat kehidupan yang terbuat dari batu- batu besar, seperti Menhir ( batu tegak), Dolmen( meja batu), Kubur batu, Keranda dan lain-lain. Benda-benda tersebut berfungsi sebagai tanda peringatan tempat pemujaan, tempat penguburan ataupun tempat musyawarah. Tradisi klasik adalah tradisi yang berlangsung setelah nenk moyang kita mendapat pengaruh kebudayaan Hindu / Budha.
Kurun waktunya diperkirakan berlangsung dari abad VI sampai abad XV Masehi.
Kompleks purbakala ini masih menyimpan banyak misteri terlebih bila dikaitkan dengan keratuan (di Pugung) yang dikaitkan penduduk sebagai cikal bakal mereka. Sehingga diperlukan penelitian serta pelestarian dan pemanfaatannya sebagai potensi warisan budaya dalam pengembangan ilmiah, rekreasi/pariwisata di daerah Lampung.

Taman Purbakala Pugungraharjo Di Anggap Angker

Pada mulanya kompleks Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan daerah yang dianggap angker oleh penduduk setempat. Setelah ratusan tahun pemukiman ini tidak dihuni manusia, akhirnya menjadi hutan belantara yang menyimpan rahasia kehidupan dimasa lampau. Daerah ini baru dijamah kembali oleh tangan manusia tahun 1954, yaitu ketika para transmigrasi membuka hutan dilokasi tersebut. Pada saat membuka hutan itulah ditemukan susunan batu-batu besar, gundukan tanah yang berbentuik bujursangkar dan sebuah arca batu yang oleh penduduk setempat diberi nama “ PUTRI BADARIAH ‘
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Dinas Purbakala. Setelah mendapatkan laporan tersebut, barulah pada tahun 1968 dilakukan studi survey. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh berbagai pihak yang menangani masalah kesejarahan dan keperbukalaan .

Dari hasil penelitian yang dilakukan, kemudian disimpulkan bahwa peninggalan yang ditemukan di kompleks taman purbakala Pugungraharjo merupakan benda- benda purbakala yang memiliki nilai budaya, sejarah, seni dan ilmiah dari zaman prasejarah dan klasik.

Lokasi dan Situasi

Taman purbakala Pugungraharjo terletak di Kecamatan sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung ( 42 km sebelah tomur Bandar L:ampugn), melalui jalan beraspal mulus, melintasi areal perkebenunan. Kompleks ini terletak di daerah datar di ketinggian 80 meter di atas permukaan laut. Tanahnya subur, banyak kitajump[ai tanaman seperti cengkeh, lasa, kopi dan kelap. Kompleks ini dilingkungi oleh sungai kecil yang bersumber dari mata air. Sehingga taman ini cukup sejuk, damai dan indah. Luas kompleks ini sekitar 30 hektar.

Riwayat Pemugaran

Pemugaran peninggalan keperbukalaan Pugungraharjo dapat terlaksanakan berkat kerjasama pemerintah pusat dan daerah. Setelah dilakukan berbagai survey dan penelitian sejak tahun 1968, barulah tahun 1977 di mulai pemugarannya tahap awal. Pemugaran selanjutnya dilakukan hingga tahun 1984. Pemugaran ini berhasil menyusun kembali peninggalan-peninggalan masa lampau pada posisi semula.

Peninggalan-Peninggalan Benda Purbakala di Kompleks Taman Purbakala Pugungraharjo .
Benteng.

Yang di maksud dengan benteng pada situs ini adalah gundukan tanah dalam bentuk memanjang. Tinggi gundukan ini 2 , 3,5 meter. Pada bagian luar benteng terdapat parit yang cukup dalam berukuran 3,5 meter. Jumlah benteng dua buah dengan ukuran panjang 1200 meter pada benteng sebelah timur, sedang benteng sebelah barat berukuran 300 meter. Fungsi benteng sebagai tempat pertahanan baik dari gangguan binatang maupun serangan dari suku lain.

Punden

Pada situs ini terdapat 13 buah punden yang besar dan kecil. Yang di maksud punden adalah gundukan tanah yang berundak-undak baik terdiri dari dua undak maupun tiga undak. Fungsi punden adalah sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang maupun sebagai kuburan.

Kompleks Batu Kandang ( Batu Mayat)

Kompleks baru kandang ( batu mayat ) merupakan bangunan sakral untuk keperluan pemujaan dan pengagungan terhadap nenek moyang. Batu ini merupakan penggambaran Phallus yang berbentuk bulat panjang denga ukuran 205 meter dan garis tengah 40 meter.

Batu Bertakuk ( Batu Berlubang)

Batu berlubang terbuat dari Andesit yang berwarna hitam keabu-abuan. Jumlah batu berlubang pada situs tersebut 19 buah. Fungsi batu ini adalah sebagai alat untuk melumaskan ramuan atau untuk upacara yang ada hubungannya dengan kematian.

Batu Lumpang

Pada situs ini di temukan dua buah lumpang batu. Fungsi batu tersebut sebagai tempat

Batu Bergores

Pada situs ini juga terdapat 4 buah batu bergores. Fungsinya sebagai alat untuk memberikan kekuatan gaib terhadap sesuatu alat misalnya, pisau yang akan digunakan, yaitu dengan jalan mengasah pada batu tersebut.

Pemandian Umum

Pada situs ini terdapat sumber mata air yang tidak pernah kering. Hingga sekarang masih dijadikan pemandian. Konon pemandian ini dipercayai masyarakat dapat menyembuhkan penyakit serta awet muda.

Selain itu pada situs ini banyak dijumpai benda-benda purbakala yang kemudian diamankan dan dirawat di Rumah Informasi Taman Purbakala Pugungraharjo (Site Museum).

Peninggalan purbakala Pugungraharjo merupakan warisan budaya serta salah satu obyek wisata budaya (Master Face) daerah Lampung.