Selasa, 25 Mei 2010

Taman Purbakala Pugung Raharjo

Taman purbakala Pugungraharjo dibatasi dengan sebelah utara desa Bojong sebelah timur Guning Sari sebelah selatan Gunung Sugih sebelah barat Gunung Pasirjaya.

Riwayat penemuan Pugungraharjo semula merupakan daerah hutan dibuka oleh warga transmigrasi pada tahun 1954, padas pembukaan waktu tersebut oleh seorang warga transmigrasi menemukan sebuah arca yang diberi nama Bodhisatwa, tempat penemuannya pada tanggal 14 Agustus 1954.

Setelah ada laporan lembaga purbakala bersama lembaga pemerintahan daerah untuk membentuk suatu penelitian pertama tahun 1969, kedua tahun 1972, ketiga tahun 1975. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pugungraharjo ada 3 ( tiga ) jaman yang berkaitan :

1. Jaman Prasejarah
2. Jaman Klasik( Sejarah )
3. Jaman Pengaruh Islam

Benda – benda yang membuktikan pada Jaman tersebut adalah :

1. Benteng Tanah
2. Punden Berundak
3. Batu Mayat
4. Komplek
5. Patung Type Polinesia

Benda yang membuktikan jaman sejarah adalah ;

1. Patung Bodhisatwa
2. Pecahan keramik yang berasal dari negeri Cina yaitu DINA SUNG JUAN dan Mind
3. Yang membentuk jaman islam yaitu Prastasi Galung lembaga yang bertuliskan huruf Arab Gundul yang isinya menyebutkan Sultan Banten dengan Lampung mengenai hukum laut atau hukum perdagangan.

Kepurbakalaan Pugungraharjo pertama ditemukan pada tahun 1957 ketika sejumlah penduduk membuka hutan dan menjumpai sebuah patung Bodhisatwa.

Arca Bodhisatwa masa Hindu / Budha klasik temuannya di Punden Berundak no: 7 ditemukan pada tanggal 14 Agustus 1957 yang menemukan bapak Kadiran, tinggi arca tersebut 93 cm dan berdiameter 61 cm Dharmacaraka Mudra.

Taman purbakala Pugungraharjo merupakan peninggalan nenek moyang yang sampai kepada kita. Peninggalan ini berasal dari tradisi Megalitik dan Klasik.
Tradisi Megalitik adalah merupakan jenis kebudayaan zaman prasejarah dimana nenek moyang kita belum mengenal tulisan. Ciri – ciri dari tradisi megalitik diwakili denga alat-alat kehidupan yang terbuat dari batu- batu besar, seperti Menhir ( batu tegak), Dolmen( meja batu), Kubur batu, Keranda dan lain-lain. Benda-benda tersebut berfungsi sebagai tanda peringatan tempat pemujaan, tempat penguburan ataupun tempat musyawarah. Tradisi klasik adalah tradisi yang berlangsung setelah nenk moyang kita mendapat pengaruh kebudayaan Hindu / Budha.
Kurun waktunya diperkirakan berlangsung dari abad VI sampai abad XV Masehi.
Kompleks purbakala ini masih menyimpan banyak misteri terlebih bila dikaitkan dengan keratuan (di Pugung) yang dikaitkan penduduk sebagai cikal bakal mereka. Sehingga diperlukan penelitian serta pelestarian dan pemanfaatannya sebagai potensi warisan budaya dalam pengembangan ilmiah, rekreasi/pariwisata di daerah Lampung.

Taman Purbakala Pugungraharjo Di Anggap Angker

Pada mulanya kompleks Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan daerah yang dianggap angker oleh penduduk setempat. Setelah ratusan tahun pemukiman ini tidak dihuni manusia, akhirnya menjadi hutan belantara yang menyimpan rahasia kehidupan dimasa lampau. Daerah ini baru dijamah kembali oleh tangan manusia tahun 1954, yaitu ketika para transmigrasi membuka hutan dilokasi tersebut. Pada saat membuka hutan itulah ditemukan susunan batu-batu besar, gundukan tanah yang berbentuik bujursangkar dan sebuah arca batu yang oleh penduduk setempat diberi nama “ PUTRI BADARIAH ‘
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Dinas Purbakala. Setelah mendapatkan laporan tersebut, barulah pada tahun 1968 dilakukan studi survey. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh berbagai pihak yang menangani masalah kesejarahan dan keperbukalaan .

Dari hasil penelitian yang dilakukan, kemudian disimpulkan bahwa peninggalan yang ditemukan di kompleks taman purbakala Pugungraharjo merupakan benda- benda purbakala yang memiliki nilai budaya, sejarah, seni dan ilmiah dari zaman prasejarah dan klasik.

Lokasi dan Situasi

Taman purbakala Pugungraharjo terletak di Kecamatan sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung ( 42 km sebelah tomur Bandar L:ampugn), melalui jalan beraspal mulus, melintasi areal perkebenunan. Kompleks ini terletak di daerah datar di ketinggian 80 meter di atas permukaan laut. Tanahnya subur, banyak kitajump[ai tanaman seperti cengkeh, lasa, kopi dan kelap. Kompleks ini dilingkungi oleh sungai kecil yang bersumber dari mata air. Sehingga taman ini cukup sejuk, damai dan indah. Luas kompleks ini sekitar 30 hektar.

Riwayat Pemugaran

Pemugaran peninggalan keperbukalaan Pugungraharjo dapat terlaksanakan berkat kerjasama pemerintah pusat dan daerah. Setelah dilakukan berbagai survey dan penelitian sejak tahun 1968, barulah tahun 1977 di mulai pemugarannya tahap awal. Pemugaran selanjutnya dilakukan hingga tahun 1984. Pemugaran ini berhasil menyusun kembali peninggalan-peninggalan masa lampau pada posisi semula.

Peninggalan-Peninggalan Benda Purbakala di Kompleks Taman Purbakala Pugungraharjo .
Benteng.

Yang di maksud dengan benteng pada situs ini adalah gundukan tanah dalam bentuk memanjang. Tinggi gundukan ini 2 , 3,5 meter. Pada bagian luar benteng terdapat parit yang cukup dalam berukuran 3,5 meter. Jumlah benteng dua buah dengan ukuran panjang 1200 meter pada benteng sebelah timur, sedang benteng sebelah barat berukuran 300 meter. Fungsi benteng sebagai tempat pertahanan baik dari gangguan binatang maupun serangan dari suku lain.

Punden

Pada situs ini terdapat 13 buah punden yang besar dan kecil. Yang di maksud punden adalah gundukan tanah yang berundak-undak baik terdiri dari dua undak maupun tiga undak. Fungsi punden adalah sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang maupun sebagai kuburan.

Kompleks Batu Kandang ( Batu Mayat)

Kompleks baru kandang ( batu mayat ) merupakan bangunan sakral untuk keperluan pemujaan dan pengagungan terhadap nenek moyang. Batu ini merupakan penggambaran Phallus yang berbentuk bulat panjang denga ukuran 205 meter dan garis tengah 40 meter.

Batu Bertakuk ( Batu Berlubang)

Batu berlubang terbuat dari Andesit yang berwarna hitam keabu-abuan. Jumlah batu berlubang pada situs tersebut 19 buah. Fungsi batu ini adalah sebagai alat untuk melumaskan ramuan atau untuk upacara yang ada hubungannya dengan kematian.

Batu Lumpang

Pada situs ini di temukan dua buah lumpang batu. Fungsi batu tersebut sebagai tempat

Batu Bergores

Pada situs ini juga terdapat 4 buah batu bergores. Fungsinya sebagai alat untuk memberikan kekuatan gaib terhadap sesuatu alat misalnya, pisau yang akan digunakan, yaitu dengan jalan mengasah pada batu tersebut.

Pemandian Umum

Pada situs ini terdapat sumber mata air yang tidak pernah kering. Hingga sekarang masih dijadikan pemandian. Konon pemandian ini dipercayai masyarakat dapat menyembuhkan penyakit serta awet muda.

Selain itu pada situs ini banyak dijumpai benda-benda purbakala yang kemudian diamankan dan dirawat di Rumah Informasi Taman Purbakala Pugungraharjo (Site Museum).

Peninggalan purbakala Pugungraharjo merupakan warisan budaya serta salah satu obyek wisata budaya (Master Face) daerah Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar